Sujiyanto Wawan. 2011, Semar : ngejowantah mbabar jati diri : ojo dumeh, eling lan waspodo, elingo kajatene urip, waspodo lakune urip lan tansah biso'o ndherek hamemayu hayuning bawono / Wawan Sujiyanto Jogja Mediautama [Yogyakarta] Wikipedia Citation
Setiap masyarakat niscaya memiliki nilai-nilai luhur yang dijadikan pegangan tatanan hidup. Tatanan itu berlangsung turun temurun dan menjadi warisan sangat berharga bagi warganya. Jika dilanggar, masyarakat memberikan hukuman sosial kepada orang yang melanggar, setidaknya menjadi guneman orang banyak. Di masyarakat yang sudah modern seperti sekarang ini nilai-nilai luhur itu masih tetap ada, dan walau berubah biasanya tidak begitu banyak. Perubahan nilai berlangsung lambat, berbeda dengan perubahan fisik yang biasanya berlangsung cepat. Seperti masyarakat lainnya, masyarakat Jawa juga memiliki nilai-nilai luhur yang sampai hari ini masih dipegang, yakni “ojo dumeh”. Artinya, sikap untuk tidak mentang-mentang. Sebagai sebuah nilai, ojo dumeh memiliki makna sangat dalam dan masuk dalam ranah yang luas, bisa mengenai kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan status sosial. Ia merupakan ajaran Jawa di mana orang harus sadar bahwa kehidupan itu berputar. Suatu saat di atas dan saat lain di bawah. Ketika di atas, misalnya ketika berkuasa dan memiliki akses banyak, jangan mentang-mentang dan berperilaku semena-mena terhadap orang lain atau bawahannya. Kekuasaan bisa dijadikan momen untuk beramal sholeh dengan menjadi tempat bertanya, tempat menyelesaikan persoalan dan tempat berlindung banyak orang, sehingga orang merasa nyaman karena kehadirannya. Ketika menjadi orang kaya juga jangan sombong terhadap orang lain, yang mungkin di bawahnya. Kekayaan yang dimiliki bisa bermakna bagi orang lain. Misalnya, bisa membantu orang lain yang memerlukan dan sedang kesulitan. Ketika memiliki ilmu yang banyak pun tidak congkak dan keminter. Kelebihan ilmu yang dimiliki bisa dimanfaatkan untuk ikut memintarkan orang lain. Kita bisa menggunakan filsafat padi “semakin berisi semakin merunduk”. Mungkin ini sulit sebab naluri manusia selalu ingin lebih dari yang lain dalam banyak hal. Maka itu perlu agama yang mengajarkan nilai-nilai luhur dan meredam nafsu manusia untuk tidak serakah, sombong, menyepelekan orang lain dan seterusnya. Jika ditelaah mendalam, sebagai sebuah nilai, ojo dumeh bisa menyelamatkan manusia di mana pun berada. Tatkala di atas dia bisa menghargai orang lain, sehingga jika suatu saat di bawah masih banyak orang menghargainya. Karena orang akan teringat jasa baiknya, maka dia masih tetap menghormati orang yang pernah berjasa. Sebaliknya, jika saat berkuasa atau punya kedudukan tinggi berlaku semena-mena terhadap orang lain, maka tatkala tidak lagi berkuasa orang akan enggan menghormatinya. . Karena kedelaman nilai yang dikandung, ojo dumeh menarik untuk dikaji secara akademik. Tak ketinggalan seorang antropolog bernama Nico Schulte Nordholt pernah melakukan penelitian tentang nilai Jawa ini yang disponsori oleh pemerintah Belanda dan membukukannya dengan judul Ojo Dumeh, terbit pada 1987 oleh Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Konon ini menjadi salah satu buku terlaris di bidang sosiologi dan antropologi. Penelitian dilakukan selama dua tahun 1977
TikTok video from Maz No (@mazno453): "#wong jowo ojo nganti ilang jawane.. ojo dumeh eling lan waspodo.. rahayu..🙏🏻🙏🏻🙏🏻.". suara asli - Maz No.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. semar adalah anggota punokawan yang memiliki bentuk badan yang lucu, semar merupakan pemimpin dari para punokawan lainnya seperti gareng, petruk dan bagong. Semar adalah Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuhan, semar memiliki nama asli Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia melambangkan simbol gambaran jagad raya. badnyannya yang bulat adalah simbol dari bumi bulat,bumi sendiri adalah tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya. Semar gemar tersenyum, tetapi matanya sembab. gambaran dari wajah semar sebagai simbol suka dan duka. meskipun begitu semar memiliki sifat yang bijaksana menurut saya, ia memiliki sifat ojo dumeh eling lan waspodo. sikap ini adalah tuturan jawa yang artinya ojo dumeh adalah suatu keadaan kejiwaan yang mendorong seseorang untuk bersikap serta berbuat sesuatu selagi atau mumpung sedang berkuasa, sedangkan eling lan waspada artinya dalam segala perbuatan dan tindakan harus selalu ingat dan waspada demi inilah yang mungkin bisa menjadi acuan bagi masyarakat kita, masyarakat kita cenderung mengesampingkan istilah jawa tersebut. sebenarnya kalau kita lebih mendalami makna atau istilah jawa tersebut akan menjadikan kita pribadi yang lebih baik, sebab istilah ini tidak akan lepas dari kehidupan sehari-hari. yang pertama sikap ojo dumeh, ojo dumeh sendiri dalam kehidupan sehari hari berarti jangan pernah mengesampingkan sesuatu atau sedang dalam keadaan senang, contohnya saatb kamu sedang mendapat rezeki jangan pernah membuang rezeki itu secara cuma cuma. yang kedua sikap eling, eling yang artinya kita harus mengingat tuhan kita dalam keadaan apapun, contohnya saat kita sedang mendapatkan hadiah ataupun kesenangan, sebaiknya kita selalu mengingat ngingat akan hal apa yang akan terjadi didepan terakhir waspodo, waspodo sendiri berarti orang yang selalu berhati hati dalam keadaan dan kondisi apapun, contohnya saat kita sedang atau akan melakukan sesuatu yang menurut kita benar tapi mungkin juga belum tentu benar bagi orang sikap semar yang harus kita teladani dalam kehidupan sehari hari Lihat Sosbud Selengkapnya
NRIMO ING PANDUM, OJO DUMEH, ELING LAN WASPODO Post 1.604 Like diterima 1.463. 3 Jul 2019 #7 Wow dibikinin part 2nya Ruaaar biasa. Apakah itu artinya peminat cuckold ini banyak ya? Apakah karena tren belaka atau memang permanen adanya? this is me and my alter ego Cheers. Reactions: Dicky38, Rama_001, ninurtha, dan 1 member lainnya. Elle mouille